Jumat, 10 Agustus 2012

Seloko Dalam Masyarakat Adat Jambi


Apa itu seloko adat? Saya yakin masih banyak generasi muda Jambi yang belum tau dan bertanya-tanya. Padahal sebagai generasi penerus (generasi muda), kita wajib untuk mempelajarinya agar budaya Seloko di bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini tidak terancam punah.

Seloko yang dalam bahasa Indonesia berarti seloka atau pepatah atau dengan kata lain bisa juga disebut sebagai petuah adat. Di Jambi, Seloko adat ini merupakan bagian dari tuntunan bermasyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang mengatur kehidupan masyarakat adat Jambi itu sendiri.

Sebagai contoh, dalam hal pengambilan keputusan dalam pemerintahan, seloko adat Jambi menyebutkan “berjenjang naik bertanggo turun, turun dari takak nan di atas, naik dari takak nan di bawah” seloko adat tersebut mempunyai pengertian bahwa dalam pengambilan keputusan terdapat tingkatan-tingkatan pengambilan keputusan,. Mulai dari pengambil keputusan tertinggi “Alam nan Berajo” sampai pengambil keputusan di tingkat paling bawah “Anak nan Berbapak, Kemenakan nan Bermamak”.

Selanjutnya, begitu juga dalam hal bekelompok atau berorganisasi, di dalam masyarakat Jambi mengenal nilai-nilai kegotong-royongan, hal ini tergambar dalam seloko adat “Ringan samo dijinjing, berat samo dipikul, ke bukit samo mendaki, ke lurah samo menurun, malang samo merugi, belabo samo mendapat”. Dalam berorganisasi ini, juga senantiasa mengacu kepada nilai-nilai kemufakatan. Banyak seloko adat Jambi yang menggambarkan pentingnya bermufakat dalam berorganisasi, antara lain “Bulat aek dek pembuluh, bulat kato dek mufakat, Kato sorang kato bapecah kato besamo kato mufakat, duduk sorang besempit-sempit duduk besamo belapang-lapang”.

Beberapa Seloko adat ini juga mengatur dalam hal pergaulan sehari-hari. “Bejalan Peliharo kaki, jangan sampai tepijak kanti, becakap peliharo lidah, jangan sampai kanti meludah, jangan menggunting kain dalam lipatan, menohok kawan seiring”.

Seloko adat ini berfungsi sebagai penuntun untuk berbuat baik bagi masyarakat Jambi. Di dalamnya terkandung nilai-nilai kebaikan. Itulah mengapa Seloko Adat tidak bisa lepas dari keseharian masyarakat Jambi. Orang Jambi sering juga menyebutnya sebagai pepatah-petitih/ petuah adat.

Sebagai penutup ada sebuah seloko yang ingin saya sajikan:
“Batang pulai berjenjang naik, meninggalkan ruas dengan buku, Manusio berjenjang turun meninggalkan perangai dengan laku”.
Jadi, berbuat baiklah selalu sesuai dengan akar budayo kito orang Jambi.

Tidak ada komentar: